Terbangun saat subuh, kemudian bayanganmu muncul *LAGI*. Aku
mengajak Tuhan berbicara. Aku sangat bersyukur dapat mencintaimu dan keras
kepala mempertahankan sayangku padamu walaupun kenyataan yang ada kamu hanya
gemar melukaiku. Ku raih hapeku, berharap ada sisa pesan darimu tadi malam atau
basa-basimu mengucapkan semangat pagi, semoga Allah senantiasa mengukir senyum
di wajah manismu *AGAIN*. Aku merindukan setiap baris pesanmu yang telah
menjadi mood boosterku. Sayang, itu hanya akan menjadi keinginan yang terlalu
tinggi dan pada akhirnya hanya akan “terwujud” dalam mimpi. Entah ini sudah
hari ke berapa, hari saat-saat kau tak pernah benar-benar menyadari bahwa aku
sangat menyayangimu.
Aku termenung, menatap dinding yang dingin dan membisu
sambil mengingat-ingat hal-hal apa saja yang telah kau lakukan padaku beberapa
waktu lalu. Saat kau dengan tegas terang-terangan mengatakan kamu ingin mulai
menjauh dariku agar aku mudah melupakan kamu. Kamu mematahkan harapanku yang
kau bangun sendiri. Kau bersikeras mencuci bersih otakku agar aku tak lagi
mengingat apalagi memikirkanmu.
Beberapa minggu kemudian kau menghubungiku. Kau sadar betul
bahwa meninggalkanku yang kamu fikir akan memudahkan aku melupakanmu justru
malah semakin menyakitiku. Tanpa aku katakan, kau merasakan dan menyadari yang
kurasakan. Aku terkejut dan sedikit senang setelah berminggu-minggu kita tak
pernah berkomunikasi, yang aku fikir kau dalam keadaan baik-baik saja dan aku
hanya bisa terus-terusan menyebut namamu dalam dialogku dengan Tuhan, akhirnya
kau mengakui sesuatu bahwa kau tak tenang dan tidak konsen setiap kali bekerja,
kamu selalu kefikiran aku. Tahukah kamu? Aku sering kali bercerita pada
sahabatku, aku merasakan semua yang kau katakan, tapi aku hanya bisa diam tanpa
berani mengungkapkannya. Aku juga bilang kan padamu? Ternyata dalam diam kita
sama-sama kefikiran dan saling mendo’akan. Masih ingatkah kamu dengan kalimatku
itu?
Kamu selalu menghilang kemudian muncul tiba-tiba tanpa
merasa berdosa karena kamu tak tau, setiap detik kemunculanmu adalah instruksi kepada hati dan otakku untuk
kembali membuka luka sekaligus cinta yang terpendam. Lalu kau menghilang lagi,
seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Berbulan-bulan aku mencoba dan terus
mencoba melenyapkan bayangmu, bangkit sendirian. Selalu berada dalam keramaian
tapi tetap terasa sepi. Menampik semua lamaran orang yang mendatangiku demi
menyembuhkan hatiku tapi sekaligus tetap berkeras hati bertahan menunggumu.
Berharap suatu saat kau akan merasakan hal yang sama.
Rasa sakit mulai pudar saat aku berhadapan dengan hal apapun
yang berkaitan denganmu dan aku berfikir aku telah berhasil sembuh. Tapi
ternyata tidak!!! Kau tiba-tiba datang meminta maaf *lagi* atas sikapmu yang
lama menghilang dan kamu menegaskan bahwa kamu tidak lupa padaku. Apakah kamu
tau? Aku bisa mengirimkan ratusan ribu pesan padamu kalau aku diizinkan
menyampaikan bahwa setiap detik yang kulewati aku tak pernah melupakanmu,
setiap detik yang kumiliki selalu kugunakan untuk setia menyayangimu tanpa
peduli dengan orang-orang yang melebihimu. Ada banyak sekali emosi dan
ungkapan-ungkapan yang ingin aku sampaikan padamu. Dan itu takkan cukup
dituliskan selama 1 hari penuh. Aku terlalu takut membuang-buang waktumu secara
percuma dan akhirnya membuatmu menghilang lagi. Aku benar-benar takut
kehilangan kamu. Selama hampir 2 bulan, aku merasa mulai tenang dan sedikit
fokus kembali dengan kegiatanku, mengukir lagi cita-citaku. Dalam hitungan
detik kamu membuat dadaku kembali sesak.
Kamu bilang aku menghilang dan tak pernah muncul. Sadarkah kamu,
bahwa kenyataannya kamu yang berusaha menghilang dan tak menampakkan diri. Aku
terkesan atas setiap ucapan terima kasihmu karena rasa sayang yang tak henti ku
berikan padamu, permintaan maafmu yang berkali-kali dan pengakuan kebodohanmu
karena menyakiti dan menyia-nyiakan aku. Tapi itu semua tak berhasil
menyembuhkan rasa sakitnya.
Dimana kamu yang aku sayangi? Aku lelah tertatih-tatih
berharap dan menunggu sendirian. Setelah sekian lama penantian itu aku malah
menemukanmu menjadi seseorang yang berbeda. Menangis sekencang dan selama
apapun tak akan mampu merubah sikap dan perasanmu kepadaku. Aku hanya ingin
menjadi seseorang yang kau sayang, yang kau pamerkan pada keluarga dan Tuhanmu,
bahkan pada bayanganmu sendiri di cermin. Dan terjebak dalam status HANYA TEMAN
ini selalu menyisakan luka yang tidak kamu sadari.
Ratusan hari kamu menyakiti, merusak, mematahkan bahkan
mengiris-iris hatiku yang hanya berisi tentang kamu. Ratusan hari kamu
merubuhkan harapan indah yang kau bangun sendiri. Tapi kamu tidak perlu
khawatir. Semua sikapmu takkan membuatku berhenti menyayangimu. Kemarin, hari
ini dan selamanya bahkan saat kamu sudah tak lagi mengingat dan mengenal aku,
aku tetap menyayangimu seperti pertama kali getar itu muncul dan menggerogoti
hatiku, hingga hanya berisi kamu, kamu dan kamu yang tinggal di dalamnya. Aku
jatuh cinta padamu berkali-kali pada setiap menit yang ku lalui. Kapasitasku
memang hanya seorang teman, tapi perasaanku padamu lebih dari sekedar teman.
25/11/2013
#mrR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar