Rabu, 27 November 2013

Surat Untuk Istri Mantan Kekasihku (1)

Ahh, aku tidak tau harus sedih atau senang

Aku memang ingin melihat senyumnya lagi

Tapi saat itu tercapai, justru ada rasa nyeri di dalam

Karena aku tau, senyumnya kini bukan lagi untukku

Bahagianya sekarang bukan bersamaku


Kamu, istri mantan kekasihku

Bagaimana kabarnya?

Apakah dia tetap ceria seperti saat bersamaku

Apakah kamu mampu menjadi alasannya bertahan hidup?

Apakah kamu bisa menjadi alasan dia bangun pagi2?

Apakah kamu menjadi alasannya untuk selalu tampil rapi?

Apakah dia juga marah-marah padamu

Jika kamu berusaha untuk tidak bergantung padanya?


Kamu pasti kaget

Iya, saat bersamaku dulu dia rapi dan manis

Tapi sekarang tidak lagi, itu kata mereka

Kata teman-temanku dan juga teman-temannya

Dia tidak mampu bangun pagi-pagi

Sebelum bertemu denganku dan setelah berpisah denganku

Hanya aku yang mampu jadi alasannya bangun pagi

Iya, aku tidak pernah marah-marah apalagi bicara kasar padanya

seperti yg sering kamu lakukan

Tapi dia marah padaku jika aku mencoba bersikap mandiri tanpanya


Dengar, betapa pedulinya ia padaku

Bahkan saat dia memutuskan berpisah denganku

Dan memenuhi permintaan orang tuanya untuk menikah denganmu

Dia tidak mau melihatku menangis

Dia tidak mau membiarkan aku sendirian meneruskan sisa usiaku

Dia juga tidak mengundangku ke acara sakral kalian

Karena dia tidak mau melihat luka yang tersirat di mataku

Dia memperhatikanku, peduli padaku dengan cara yang berbeda

Dengan cara yang orang lain takkan mengetahuinya


aku masih sering mendengar bisikan lembutnya

mengantarkan aku memejamkan mata

yah, aku memang gila

entah segila apa aku mencintainya

hingga sugesti-sugesti tidak waras itu muncul sendirinya

bagaimanapun, apapun keadaannya

dia pernah menjadi bagian dari perjalananku

bersambung ke Surat Untuk Istri Mantan Kekasihku (2) aylia

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mengharukan :')