Rabu, 11 Desember 2013

Mr ICE

Tiba-tiba aku mengingat kamu

Kamu yang ku kenal begitu angkuh dan cuek

Seakan tak butuh orang lain di dunia ini

Kamu yang dulu sangat ku benci

Yang entah karena apa

Mungkin karena kamu satu-satunya orang yang benar-benar dingin

Seperti tak menganggap aku ada

Dan aku tidak terbiasa diperlakukan seperti itu



Benar-benar seperti gunung es

Dingin mematikan dan susah ditaklukkan

Kaku egois acuh tak acuh

Tidak punya sense of humor sama sekali



Kamu kakak senior dari pekerjaanku

Aku yang harus belajar banyak darimu

Aku yang harus banyak bertanya tentang ilmu yang harus kuterapkan

Aku yang harus sering memanggilmu

Untuk memberikan pekerjaan untukmu

Tapi kau benar-benar angkuh

Dipanggil berkali-kali saja belum tentu mau menoleh

Apa kau tuli? Atau pura-pura tidak dengar?

 

Aku mulai capek harus bersabar padamu

Sehari belum tentu aku mendengar 1 kata saja dari bibirmu

Padahal kita dalam 1 ruangan dan harus bekerja sama

Kau bersikeras tak mau mengajariku

Tak mau peduli dan tak sadar bahwa sikapmu

Telah membuatku meneteskan air mata saat pulang

Aku tak terbiasa dianggap tidak ada di pekerjaan sebelumnya

Semua orang care padaku, teman-temanku, leaderku


Aku harus memutuskan belajar sendiri akhirnya

Aku tak pernah mendengarmu bicara denganku

Apalagi melihat senyum terukir di bibirmu

Kita juga tak pernah berjabat tangan

Berkenalan dan saling menyebutkan nama

Kau tak pernah berbasa-basi menanyakan dimana rumahku

Dimana aku dulu sekolah dan bekerja

Dan lain sebagainya

Menyuruhku ini itu, seperti kakak seniorku yang lain

Aku bahkan tau namamu setelah berhari-hari disana

Aku hanya bisa melihat tawa dan senyummu

Aku hanya mendengarmu lebih banyak mengeluarkan suara

Saat kita makan bersama yang lain

Dengan porsi keceriaan yang minus dan tetap dingin


2 bulan berlalu dengan suasana seperti di kutub, dingin sekali

Kau mulai mau menyebutkan namaku

Bicara sedikit lebih banyak tapi tetap tanpa senyum

Aku lupa bagaimana awalnya

Tiba-tiba kamu berbasa-basi mengajakku makan malam

Dan hanya berdua

OMG, aku masih tak percaya

Berusaha keras berpikir bahwa kamu hanya bercanda

Dan berjuang untuk tidak memikirkannya seharian itu

Tapi saat jam pulang, aku sudah memutar kendaraanku menuju ke rumah

Kau mengingatkanku, hei jadi gak dinnernya

“DEG” kau berteriak di depan teman-teman kita

Aku hanya terdiam dan berbalik arah mengikutimu

Mampir sebentar ke kantor rival kita

Kemudian kau menyuruhku melaju pelan di depanmu

Aku baru saja tersadar setelah bertahun, kau berusaha melindungiku

Dengan berjalan di belakangku


Tidak ada yang mewah dengan makan malam kita

Mie ayam Republik, usaha milik sahabat terbaikmu *sekaligus mantan kekasih kakakku*

Kita sudah makan beberapa sendok, dan aku tersadar kau tak memesan minuman

Aku bertanya lirih “samean gak pesan minuman mas?”

Kau tidak menjawabku apalagi menoleh padaku, tapi langsung berbalik ke pelayan

“es jeruk 2 bro”

Aku tersedak, tertegun dan bengong

“aku kan belum ngomong kalau aku mau pesan es jeruk?”

“aku sudah hafal minuman kesukaanmu”

Jawabnya acuh tak acuh tanpa menoleh padaku

Aku menyelami wajahnya

Tetap dingin seperti gunung es

Diam-diam kamu memperhatikanku, batinku


Makanan dalam mangkok di depan kita telah kandas

Kau mengoceh kesana kemari

Tentang masa-masa kecilmu yang dulu sangat dekat dengan keluarga p. Bos

Tentang masa stm yang sama sekali gag nyambung dengan bidang pekerjaanmu sekarang

Kepindahan rumahmu, wanita yang pernah dan sampai saat itu

*mungkin sampai sekarang saat tulisan ini kubuat* kau masih menyayanginya

meskipun dia sudah bertunangan dengan orang lain dan sekarang sudah menikah

3 jam berlalu aku mendengarkanmu

Yang mungkin terlalu panjang jika dibandingkan dengan kebiasaanmu

Tapi sebenarnya itu hanya seujung kuku dari semua yang kau punya

Aku tak pernah merasa sedekat ini denganmu

Berada dalam hitungan senti di depan matamu

Aku tak pernah menatap dan memasuki matamu sedekat ini

Melihat dan merasakan setiap emosi yang tersirat di dalamnya

Kesedihan, keceriaan dan keteduhan

Pertama kalinya aku melihat mata dinginmu berbinar-binar


Kejadiannya berlalu begitu cepat

Hingga terlalu malam buatku untuk pulang ke rumah

Kalau tidak ada dering telpon dari ibu

Mungkin aku masih termangu di depanmu

Mendengarkan ceritamu kata demi kata

Sambil sesekali melontarkan pertanyaan kecil

Agar kamu merasa aku benar-benar mendengarkan

Dan tertarik dengan kisahmu

Aku tahu, sangat tahu

Kau kecewa saat aku berpamitan harus pulang

Aku tau mimik wajahmu mengatakan masih banyak yang ingin kau bagi denganku

Aku juga ingin menghabiskan malam itu berdua denganmu

Bahkan sampai shubuh sekalipun

Walaupun itu takkan mungkin cukup untuk mengupas semuanya


Aku tak sadar dan tak pernah menyangka

Jika itu harus menjadi pertemuan pertama dan terakhirku berdua denganmu

Besoknya kamu seangkuh sebelumnya

Sedingin biasanya

Kamu menganggap tak pernah ada dinner berdua

Kamu tak pernah membahasnya ataupun mengajakku untuk dinner kedua dan seterusnya

Dan aku juga terlalu naif dan gengsi mengajakmu duluan


Aku masih ingat jika malam itu kamu bilang akan resign

Itu artinya tak ada ada lagi sosok angkuh dalam ruanganku

Tapi saat aku menceritakan niatmu kepada kakak senior

Mereka bilang itu hanya omong kosong

Kau sering kali mengucapkannya tapi ternyata tetap bertahan

Entah kenapa aku sedikit tenang mendengarnya

Hallo, ada apa ini? Bukankah aku membencinya?


Tapi aku tak bisa meremehkan ucapanmu kali ini

Kau benar-benar mengurus surat pindah

Aku benar-benar tersiksa dengan sikapmu

Aku tak tau harus gimana lagi

Kau mulai tak masuk kerja sehari, 1 hal yang tak pernah kau lakukan

Karena kita adalah karyawan paling disiplin

Datang paling pagi dan masuk 1 bulan full tanpa ambil cuti

Besoknya aku merasa kau benar-benar akan pergi

Dan aku memutuskan untuk tak masuk kerja

Aku tak siap jika harus melihatmu berpamitan dan pergi

Kita tak pernah berkenalan, bertemu tanpa pertemuan yang disengaja

Dan aku tak mau jika aku harus merasakan perpisahan tanpa pertemuan ini

Dan benar saja, kau benar-benar berpamitan pada hari aku tidak masuk kerja


Besoknya ruanganku kosong

Berkas-berkasmu sudah bersih

Ada beberapa yang mungkin sengaja kau tinggalkan

Kamu benar-benar pergi

Pertemuan tanpa jabat tangan dan perkenalan

Dan perpisahan tanpa jabat tangan dan selamat tinggal

Ahh, kau benar-benar makhluk mars paling aneh yang pernah aku temui

Sedikit banyak kamu telah merusak sistem sarafku

Kamu pernah menjadikanku berarti sekalipun hanya dalam hitungan jam


Aku tak tau apa yang aku rasakan

Aku kehilanganmu meskipun aku tak pernah merasa memilikimu

Apapun jalan yang kau tempuh, aku percaya dengan pilihanmu

Semoga kau selalu bahagia dalam hidupmu

Menemukan seseorang yang berarti dan dapat meluluhkan hatimu

Menemukan penyempurnamu

Kapanpun kamu membutuhkan aku, kamu boleh mencariku

Walaupun itu sudah tak mungkin lagi



Selamat tinggal orang yang tak pernah menyebutkan namanya padaku secara langsung

Selamat tinggal manusia paling dingin seperti puncak everest

Aku tak tau mengapa, seringkali memimpikan dan kefikiran dengan kamu



08122013

Tidak ada komentar: