Tiba-tiba aku mengingat kamu
Kamu yang ku kenal begitu angkuh dan cuek
Seakan tak butuh orang lain di dunia ini
Kamu yang dulu sangat ku benci
Yang entah karena apa
Mungkin karena kamu satu-satunya orang yang benar-benar dingin
Seperti tak menganggap aku ada
Dan aku tidak terbiasa diperlakukan seperti itu
Benar-benar seperti gunung es
Dingin mematikan dan susah ditaklukkan
Kaku egois acuh tak acuh
Tidak punya sense of humor sama sekali
Kamu kakak senior dari pekerjaanku
Aku yang harus belajar banyak darimu
Aku yang harus banyak bertanya tentang ilmu yang harus kuterapkan
Aku yang harus sering memanggilmu
Untuk memberikan pekerjaan untukmu
Tapi kau benar-benar angkuh
Dipanggil berkali-kali saja belum tentu mau menoleh
Apa kau tuli? Atau pura-pura tidak dengar?
Aku mulai capek harus bersabar padamu
Sehari belum tentu aku mendengar 1 kata saja dari bibirmu
Padahal kita dalam 1 ruangan dan harus bekerja sama
Kau bersikeras tak mau mengajariku
Tak mau peduli dan tak sadar bahwa sikapmu
Telah membuatku meneteskan air mata saat pulang
Aku tak terbiasa dianggap tidak ada di pekerjaan sebelumnya
Semua orang care padaku, teman-temanku, leaderku
Aku harus memutuskan belajar sendiri akhirnya
Aku tak pernah mendengarmu bicara denganku
Apalagi melihat senyum terukir di bibirmu
Kita juga tak pernah berjabat tangan
Berkenalan dan saling menyebutkan nama
Kau tak pernah berbasa-basi menanyakan dimana rumahku
Dimana aku dulu sekolah dan bekerja
Dan lain sebagainya
Menyuruhku ini itu, seperti kakak seniorku yang lain
Aku bahkan tau namamu setelah berhari-hari disana
Aku hanya bisa melihat tawa dan senyummu
Aku hanya mendengarmu lebih banyak mengeluarkan suara
Saat kita makan bersama yang lain
Dengan porsi keceriaan yang minus dan tetap dingin
2 bulan berlalu dengan suasana seperti di kutub, dingin sekali
Kau mulai mau menyebutkan namaku
Bicara sedikit lebih banyak tapi tetap tanpa senyum
Aku lupa bagaimana awalnya
Tiba-tiba kamu berbasa-basi mengajakku makan malam
Dan hanya berdua
OMG, aku masih tak percaya
Berusaha keras berpikir bahwa kamu hanya bercanda
Dan berjuang untuk tidak memikirkannya seharian itu
Tapi saat jam pulang, aku sudah memutar kendaraanku menuju ke rumah
Kau mengingatkanku, hei jadi gak dinnernya
“DEG” kau berteriak di depan teman-teman kita
Aku hanya terdiam dan berbalik arah mengikutimu
Mampir sebentar ke kantor rival kita
Kemudian kau menyuruhku melaju pelan di depanmu
Aku baru saja tersadar setelah bertahun, kau berusaha melindungiku
Dengan berjalan di belakangku
Tidak ada yang mewah dengan makan malam kita
Mie ayam Republik, usaha milik sahabat terbaikmu *sekaligus mantan kekasih kakakku*
Kita sudah makan beberapa sendok, dan aku tersadar kau tak memesan minuman
Aku bertanya lirih “samean gak pesan minuman mas?”
Kau tidak menjawabku apalagi menoleh padaku, tapi langsung berbalik ke pelayan
“es jeruk 2 bro”
Aku tersedak, tertegun dan bengong
“aku kan belum ngomong kalau aku mau pesan es jeruk?”
“aku sudah hafal minuman kesukaanmu”
Jawabnya acuh tak acuh tanpa menoleh padaku
Aku menyelami wajahnya
Tetap dingin seperti gunung es
Diam-diam kamu memperhatikanku, batinku
Makanan dalam mangkok di depan kita telah kandas
Kau mengoceh kesana kemari
Tentang masa-masa kecilmu yang dulu sangat dekat dengan keluarga p. Bos
Tentang masa stm yang sama sekali gag nyambung dengan bidang pekerjaanmu sekarang
Kepindahan rumahmu, wanita yang pernah dan sampai saat itu
*mungkin sampai sekarang saat tulisan ini kubuat* kau masih menyayanginya
meskipun dia sudah bertunangan dengan orang lain dan sekarang sudah menikah
3 jam berlalu aku mendengarkanmu
Yang mungkin terlalu panjang jika dibandingkan dengan kebiasaanmu
Tapi sebenarnya itu hanya seujung kuku dari semua yang kau punya
Aku tak pernah merasa sedekat ini denganmu
Berada dalam hitungan senti di depan matamu
Aku tak pernah menatap dan memasuki matamu sedekat ini
Melihat dan merasakan setiap emosi yang tersirat di dalamnya
Kesedihan, keceriaan dan keteduhan
Pertama kalinya aku melihat mata dinginmu berbinar-binar
Kejadiannya berlalu begitu cepat
Hingga terlalu malam buatku untuk pulang ke rumah
Kalau tidak ada dering telpon dari ibu
Mungkin aku masih termangu di depanmu
Mendengarkan ceritamu kata demi kata
Sambil sesekali melontarkan pertanyaan kecil
Agar kamu merasa aku benar-benar mendengarkan
Dan tertarik dengan kisahmu
Aku tahu, sangat tahu
Kau kecewa saat aku berpamitan harus pulang
Aku tau mimik wajahmu mengatakan masih banyak yang ingin kau bagi denganku
Aku juga ingin menghabiskan malam itu berdua denganmu
Bahkan sampai shubuh sekalipun
Walaupun itu takkan mungkin cukup untuk mengupas semuanya
Aku tak sadar dan tak pernah menyangka
Jika itu harus menjadi pertemuan pertama dan terakhirku berdua denganmu
Besoknya kamu seangkuh sebelumnya
Sedingin biasanya
Kamu menganggap tak pernah ada dinner berdua
Kamu tak pernah membahasnya ataupun mengajakku untuk dinner kedua dan seterusnya
Dan aku juga terlalu naif dan gengsi mengajakmu duluan
Aku masih ingat jika malam itu kamu bilang akan resign
Itu artinya tak ada ada lagi sosok angkuh dalam ruanganku
Tapi saat aku menceritakan niatmu kepada kakak senior
Mereka bilang itu hanya omong kosong
Kau sering kali mengucapkannya tapi ternyata tetap bertahan
Entah kenapa aku sedikit tenang mendengarnya
Hallo, ada apa ini? Bukankah aku membencinya?
Tapi aku tak bisa meremehkan ucapanmu kali ini
Kau benar-benar mengurus surat pindah
Aku benar-benar tersiksa dengan sikapmu
Aku tak tau harus gimana lagi
Kau mulai tak masuk kerja sehari, 1 hal yang tak pernah kau lakukan
Karena kita adalah karyawan paling disiplin
Datang paling pagi dan masuk 1 bulan full tanpa ambil cuti
Besoknya aku merasa kau benar-benar akan pergi
Dan aku memutuskan untuk tak masuk kerja
Aku tak siap jika harus melihatmu berpamitan dan pergi
Kita tak pernah berkenalan, bertemu tanpa pertemuan yang disengaja
Dan aku tak mau jika aku harus merasakan perpisahan tanpa pertemuan ini
Dan benar saja, kau benar-benar berpamitan pada hari aku tidak masuk kerja
Besoknya ruanganku kosong
Berkas-berkasmu sudah bersih
Ada beberapa yang mungkin sengaja kau tinggalkan
Kamu benar-benar pergi
Pertemuan tanpa jabat tangan dan perkenalan
Dan perpisahan tanpa jabat tangan dan selamat tinggal
Ahh, kau benar-benar makhluk mars paling aneh yang pernah aku temui
Sedikit banyak kamu telah merusak sistem sarafku
Kamu pernah menjadikanku berarti sekalipun hanya dalam hitungan jam
Aku tak tau apa yang aku rasakan
Aku kehilanganmu meskipun aku tak pernah merasa memilikimu
Apapun jalan yang kau tempuh, aku percaya dengan pilihanmu
Semoga kau selalu bahagia dalam hidupmu
Menemukan seseorang yang berarti dan dapat meluluhkan hatimu
Menemukan penyempurnamu
Kapanpun kamu membutuhkan aku, kamu boleh mencariku
Walaupun itu sudah tak mungkin lagi
Selamat tinggal orang yang tak pernah menyebutkan namanya padaku secara langsung
Selamat tinggal manusia paling dingin seperti puncak everest
Aku tak tau mengapa, seringkali memimpikan dan kefikiran dengan kamu
08122013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar